Friday, April 20, 2007

HIDUP TANPA HARAPAN

HIDUP TANPA HARAPAN
“Menyelami Quran sebagai kitab basah”





Hidup tanpa harapan?
Mungkinkah?
Sangat mungkin!
Dan Quran memang mengajak kita untuk hidup tanpa harapan!

Kalau kita perhatikan Quran kering, yaitu Quran hasil cetakan dari percetakan yang diterbitkan dan dijual dipasaran, (sedangkan Quran basah adalah quran yang berada dalam hati manusia) seakan-akan petunjuk itu mengajak kita untuk hidup dengan harapan.
Harapan, dalam Quran tersebut sebanyak 6 kali:
1. (Al-A’raaf:56) Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah memperbaikinya dan berdo'alah kepada-Nya dengan rasa takut dan harapan . Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.

2. (Yusuf:110) Sehingga apabila para rasul tidak mempunyai harapan lagi dan telah meyakini bahwa mereka telah didustakan, datanglah kepada para rasul itu pertolongan Kami, lalu diselamatkan orang-orang yang Kami kehendaki. Dan tidak dapat ditolak siksa Kami dari pada orang-orang yang berdosa.

3. (Ar- r’ad:12) Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung.
4. (Al-Kahfi:46) Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.

5. (Ar-Ruum:24) Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.

6. (Fushshilat:49) Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.

Kali ini kita lihat kalimat ‘berharap’ yang dalam Quran tersebut sebanyak 3 kali:
(At-Taubah:59) Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah dan RasulNya kepada mereka, dan berkata: "Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah," .
(An-Naba:27) Sesungguhnya mereka tidak berharap kepada hisab,
(Alam Nasyrah:8) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.


Apakah dari ayat-ayat diatas kita mendapatkan petunjuk jelas untuk hidup dengan harapan?
Kalau kita jawab iya, artinya itu sama seperti ulama-ulama yang memberikan pengertian tentang harapan.
Dengan begitu, anda siap kecewa dan mengecewakan orang yang terlanjur hidup dengan harapan. Padahal anda sendiri belum tahu juga kalau harapan anda akan terpenuhi atau tidak, kemudian anda memberikan harapan kepada orang lain.
Anda belum pernah membuktikan tentang harapan anda dan anda memberitakan tentang harapan itu. Ini adalah suatu mata rantai yang menyebabkan kemerosotan dalam pemahaman Islam. (seperti orang buta yang mengajarkan tentang warna)

Harapan apa? Ada harapan Surga, harapan pahala, harapan balasan baik, dan sederet harapan-harapan yang kita ciptakan sendiri.
Mungkin alasan yang kongkrit untuk dijadikan landasan/dasar ayat untuk hidup dengan harapan adalah ayat ini:
Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya……… (Al-Baqarah:25)

Apakah bagi orang yang beriman dan berbuat baik kemudian berharap surga?
Ayat ini adalah bagi orang yang telah beriman dan bebuat baik: “sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik”
Jadi berita ini adalah untuk mereka yang telah melakukan iman dan berbuat baik.
Ayat ini bukan untuk orang yang baru ‘akan’ beriman dan ‘akan’ berbuat baik. Mengapa?
Karena inti dari ayat ini adalah bukan ‘surga’, tetapi beriman dan berbuat baik. Bila harapan tercipta bagi orang yang baru akan beriman dan bebuat baik, maka iman dan perbuatan baiknya semata-mata hanya akan mengejar surga, bukan benar-benar beriman dan berbuat baik.

Mengapa hidup tanpa harapan?
Karena kita akan mencapai keadaan bahagia dan benar-benar merasakan nikmat Allah.
Kebahagiaan dan nikmat Allah akan terasa bila Quran basah telah dapat kita ‘baca’.
Quran kering dan Quran basah?
Ya, ibarat kita membaca buku, kita memerlukan penerangan (lampu) untuk membaca buku tersebut. Tapi lampu bukanlah buku tersebut.
Quran kering, yaitu quran yang tercetak di kertas itu adalah lampu, penerang untuk membaca Quran basah yang bersemayam di hati manusia.
Jadi, Quran yang terlihat itu adalah sarana untuk membaca hati manusia itu sendiri. Quran yang tercetak di kertas itu adalah sarana untuk mengenal hati manusia, untuk mengenal Tuhan. Sarana untuk menyadari Allah dalam kehidupan nyata.

Melalui Quran yang menuliskan tentang harapan tersebut, maka kita akan dapat membaca dalam Quran basah bahwa:
Kita tidak hidup dengan harapan,… tetapi
Kita hidup dalam harapan itu sendiri.

Coba kita simak:
(Alam Nasyrah:8) …….dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
Kalau harapan kita hanya kepada Tuhan, sedangkan Tuhan itu lebih dekat dari urat nadi kita sendiri, maka kita sedang hidup dalam harapan itu sendiri.
Untuk apa berharap?
Kita sudah berada dalam harapan kita!
Kita sudah berada dalam pusat kebahagiaan, pusat cinta, pusat kasih sayang kita.
Mau berharap apa lagi?
Jangan kecewakan umat, jangan kecewakan orang lain dengan harapan-harapan yang kita sendiri belum dapat membuktikannya.
Cukup sadarkanlah orang lain bahwa kita sudah hidup dalam harapan kita. Kita sedang berada dalam lingkup kasih sayang Allah.

Hidup tanpa harapan adalah hidup dalam kasih sayang Allah dengan menyadari bahwa kita sedang hidup dalam harapan itu sendiri.
Hidup tanpa harapan adalah memasrahkan kehidupan kepada Allah dengan tidak berharap apa-apa lagi kecuali memunculkan sifat-sifat Allah yang ada dalam harapan itu sendiri.
Hidup tanpa harapan adalah menjalani :
(Al-Anaam:71) …………Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk; dan kita disuruh agar menyerahkan diri kepada Tuhan semesta alam,

kehidupan Islam adalah kehidupan tanpa harapan,
karena Islam menyadari bahwa ia sedang hidup dalam harapan itu sendiri, dalam Tuhan semesta Alam.


Agung webe

No comments: