Friday, April 20, 2007

MATI DALAM HIDUP

MATI DALAM HIDUP
(meninggalkan dunia)
“Menyelami Quran sebagai kitab basah”




Allah, Tuhan semesta Alam, Zat Yang Maha Benar,
Satu-satunya realita tunggal di alam raya ini,
Memang harus dialami oleh setiap manusia yang merindukanNya,
Allah harus dicicipi, harus disaksikan sendiri oleh manusia untuk dapat mengatakan “tidak ada Tuhan selain Tuhan itu sendiri, penguasa seluruh alam.”

Seorang pecinta tentulah akan mencari yang dicintainya. Seorang pecinta tidak akan puas dengan kata orang lain tentang apa yang dicintainya. Seorang pecinta tidak akan puas tentang diskripsi apa yang dicintainya dari kata orang lain.
Seorang pecinta hanya memikirkan tentang cintanya kepada yang dicintainya, seorang pecinta hanya memikirkan yang dicintainya.

Untuk menyelami sang Cinta, seorang pecinta haruslah mati terlebih dahulu.
Mengapa?
Kehidupan hanyalah akan menjadi belenggu bagi sang pecinta untuk bertemu dengan yang dicintainya.
Ada yang kemudian berargument: “ masalah yang ada adalah anda hanya mencari kebenaran yang relative, bukan kebenaran abadi.”
Seorang pecinta tidak akan peduli dengan ‘relative dan abadi.’ Bagi sang pecinta, sebelum dia bertemu dengan sang cinta, semua yang dilihatnya adalah relative.
Seorang pecinta menyadari bahwa kebenaran itu bersifat relative sepanjang dia masih hidup dan terikat dengan belenggu dunia.
Untuk apa mempermasalahkan relative dan abadi?
Baginya, yang ada hanyalah jalan dan usaha disiplinnya menuju kepada cintanya.
Argument itu datang lagi : “Siapkah anda mati seperti para sufi dan para tokoh besar yang meninggalkan pekerjaan dunia dan segala yang ada untuk Allah?”
Sang pecinta akan lantang mengatakan, “Siapkah anda mengikutiku untuk bertemu dengan cintaku? Akan aku tunjukkan cara matiku untuk cintaku!”

Seorang pecinta melihat jelas bahwa apa yang dilakukan di dunia ini memang hanya untuk yang dicintainya:
(Al-anaam:162): Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.
(Al-Anfaal:39): ……..dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah . Jika mereka berhenti , maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.
(Al-Baqarah:238): ……Berdirilah untuk Allah dengan khusyu'.
(Al-Baqarah:193): ………ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah…

seorang pecinta akan melihat makna dibalik kata.
Pecinta akan melihat apa yang tersirat dari yang tersurat.
Pecinta melihat wujud dari apa yang tidak berwujud.
Untuk apa meninggallkan pekerjaan kalau tetap memikirkan pekerjaan?
Untuk apa meninggalkan keluarga kalau tetap memikirkan keluarga?
Untuk apa meninggalkan kehidupan dunia kalau tetap memikirkan dunia?
Untuk apa menyendiri kalau yang dipikirkan tetap anak, istri, uang, pekerjaan dan teman atau rencana masa depannya?

Bagi seorang pecinta, meninggalkan semua itu bukanlah mati! Meninggalkan semua kehidupan seperti itu bukanlah mati dalam hidup.
Hal seperti itu hanyalah memindahkan masalah dari masalah yang lain.
Seorang pecinta tetap akan bekarya dalam hidup,
Pecinta akan tetap hidup dalam masyarakat, akan berkeluarga, akan bekerja seperti biasa, sang pecinta tetap akan melakukan aktifitas sehari-hari seperti biasa tanpa direkayasa.

Mati dalam hidup, meninggalkan kehidupan dunia bagi seorang pecinta adalah meninggalkan keterikatan dengan semua yang ada.
Ia bekerja tetapi tidak terikat dengan pekerjaannya.
Ia mempunyai anak tetapi tidak terikat dengan anakknya
Ia berkeluarga tetapi tidak terikat dengan keluarganya.
Ia melakukan semua yang ada tanpa terikat dengan semua yang ada.
Ia hidup tetapi tidak terikat dengan kehidupan itu sendiri.

Seorang pecinta ‘tidak terikat’ bukanlah berarti ‘tidak bertanggung jawab’. Justru ia bertanggung jawab penuh dengan apa yang dijalaninya karena semua itu akan dipertanggung jawabkan kepada cintanya.
Seorang pecinta hanya terikat kepada yang dicintainya.
Karena ia cinta kepada yang mempunyai alam semesta dan kehidupan ini, maka ia berusaha membuat apa yang ada di alam semesta dan kehidupan ini damai, nyaman dan penuh cinta..

Siapkah kita menjadi sang pecinta?
“Aku akan menujumu ya yang Maha Cinta..” kata sang pecinta
“Apa yang sudah kamu lakukan?” Tanya sang Maha Cinta.
“Aku sudah tinggalkan semua, aku sudah tidak terikat dengan semua yang ada.”
“Belum!” kata yang Maha cinta.
“Semua sudah aku tinggalkan! Sudah tidak ada lagi keterikatan dalam hidup ini.”
“Belum!”
“Kalau memang belum, tunjukkanlah padaku apa itu?” kata sang pecinta.
“Akupun harus kamu lepaskan, harus kamu lupakan! Lepaskan keterikatan akan diriku, maka engkau akan menemukan cintaku!”


agung webe

No comments: