Friday, April 20, 2007

MERUNTUHKAN EGO

MERUNTUHKAN EGO
Mengapa tidak ?


Tidak ada yang hadir di dunia ini tanpa ego. Karena ego-lah maka segala sesuatu terjadi. Bila Tuhan juga tidak mempunyai Ego, maka ia tidak akan menciptakan drama kolosal kehidupan yang begitu besarnya. Tentu saja Ego Tuhan bukanlah seperti pemahaman kita pada ego manusia. Ego Tuhan adalah ego yang penuh kasih sayang dan kelembutan.
Ego manusia?
Dari titik mana kita memandang sebuah ego muncul?
Perlukah ego ada dalam kehidupan ini?
Seorang guru ngaji perlu ego. Seorang pimpinan perlu ego. Seorang yang sedang naik mimbar untuk berceramah perlu ego. Menulis artikel juga perlu ego. Untuk jadi imam perlu ego.
Ego itulah yang mendorong seorang manusia untuk bisa berperan sesuai dengan apa peran dia saat itu.
Bila penciptaan alam raya ini perlu ego, timbulnya kehidupan perlu ego dan berjalannya roda perekonomian juga perlu ego, untuk apa ego diruntuhkan? Bisakah ego diruntuhkan?
Banyak sekali yang menggambarkan ego bagaikan sebuah gunung yang sudah menghujam bumi begitu kokohnya. Kemudian dengan asumsi tersebut, ada pendapat bahwa tidaklah mungkin meruntuhkan gunung yang demikian kokoh.
Sebuah pendapat tentu saja muncul karena cara pandang dan pola pikir orang yang mengemukakan pendapat tersebut. Kemudian orang yang mengeluarkan pendapat bahwa tidaklah mungkin ego itu diruntuhkan adalah secara implisit mengatakan bahwa dia juga ketakutan untuk kehilangan egonya. Takut kehilangan pengakuan bahwa dia adalah orang yang merasa lebih untuk mengeluarkan sebuah pendapat.
Menciptakan jembatan untuk memahami ego yang lain adalah alternatif cara pandang yang kemungkinan dapat dilakukan. Namun jembatan yang sudah dibangun tetaplah mendiamkan sebuah gunung itu ada. Nah, kalau gunung itu adalah gunung berapi maka suatu saat ia akan meledak dengan kekuatan yang cukup tinggi.
Meruntuhkan ego bukanlah menghilangkan ego sama sekali. Bila sudah ada gunung yang menghujam bumi begitu kuatnya, bagaimana caranya supaya gunung itu dapat dirontokkan?
Ada dua cara untuk itu!
Yang jelas membangun jembatan adalah menciptakan fatamorgana kerukunan semu! Ia merasa ada kebersamaan yang bersifat sementara. Hal itu karena gunung itu tetap ada. Contohnya? Masyarakat kita yang ada sekarang ini. Gunung itu masih ada dan selau dipupuk ada, kemudian dibangun jembatan komunikasi yang beraneka ragam. Hasilnya? Coba saja sulut dengan api dari salah satu gunung yang ada, dan akan meledak!
Meruntuhkan gunung adalah meruntuhkan pemikiran gunung kita. Ego adalah pemikiran gunung. Kalau ego itu lentur dan tidak kaku seperti gunung, ia akan berlaku seperti ego Tuhan yang maha kasih sayang.
Cara pertama untuk merontokkan gunung ego adalah memberikan stimuli yang aktif kepada gunug. Ini cara yang ekstrem tetapi bisa dilakukan. Berikan stimuli aktif kepada gunung sehingga dia akan bergejolak dan akhirnya meledak.. hancur luluh lantak dan hilang.
Cara kedua adalah mengikisnya pelan-pelan. Ini cara aman dan butuh waktu lama. Kikis terus sampai akhirnya juga habis dan rata dengan tanah.
Cara pertama adalah caranya Al-Hallaj, Sarmad, Siti Jenar. Mereka memberikan stimuli kepada gunung ego diri sehingga akhirnya suatu saat meledak dan hancur melebur dalam ego Tuhan.
Cara kedua adalah caranya Imam Al-Ghazali, Fansuri, Hamka, Omar Khayam. Mereka mengikis habis gunung itu walau perlu waktu dalam perjalanan mereka.

Mereka tidak mengajarkan untuk menciptakan jembatan, karena jembatan hanya akan menciptakan kesemuan dalam ke-aneka ragaman yang ada. Jembatan adalah pola pikir Yunani dimana para filsuf mengenalkan pemikiran untuk tidak menghilangkan ego.
Nabi Muhammad tidak mengenalkan jembatan. Ia tidak mengenalkan perantara tengah antara manusia dan Tuhan. Nabi mengajarkan cara langsung untuk bertemu Tuhan dengan menghilangkan ego manusia, karena hanya dengan hilangnya ego inilah maka ktia dapat dipersilahkan masuk ke singgasana Tuhan.
Ego Tuhan yang maha rahman dan rahim tidak akan cukup untuk ditemui dengan ego kita. Ruangan Tuhan itu sangat sempit sehingga bila kita membawa ego ke sana tidaklah mungkin akan dapat masuk.

No comments: