Friday, April 20, 2007

NABI 1

NABI - 1





Apakah nabi seorang yang sempurna?
Apakah nabi seorang yang istimewa?
Apakah nabi orang pilihan?

Dalam pandangan ini, saya akan mengatakan bahwa nabi bukanlah orang sempurna, bukan orang istimewa dan bukan orang pilihan!
Apa tolok ukur sebuah kesempurnaan? Apa katagori istimewa? Apa kriteria pilihan?
Kalau berbicara tentang tolok ukur, katagori dan kriteria itu sangat tergantung dengan kebudayaan, pola pikir, cara pandang dan kehidupan atau pengaruh geografi masyarakat yang menetapkan itu semua.

Kalau kita berbicara tentang nabi Muhammad, apakah Al-quran itu lahir karena kesempurnaan, keistimewaan dan karena Muhammad itu termasuk orang pilihan?
Lantas apabila kemudian sebuah kebudayaan atau pola pikir masyarakat menganggap bahwa nabi Muhammad itu bukan sebagai manusia sempurna, bukan orang istimewa dan bukan orang pilihan, apakah kita lantas meninggalkan Al-quran juga?

Setiap orang punya potensi menjadi nabi ! setiap orang !
Begitu juga pada jaman nabi Muhammad, setiap orang yang ada pada jaman itu punya potensi kenabian yang sama, tidak lebih tidak kurang.
Lantas mengapa hanya Muhammad yang dapat menerima wahyu itu?

Kejadian menjadi seorang nabi bukanlah waktu yang tiba-tiba. Bukan seperti mie instant yang hanya diseduh lima menit lantas dapat dimakan. Maukah kita berpikiran terbuka untuk melihat sejarah Muhammad?
Apakah orang yang bernama Muhammad itu secara tiba-tiba menerima wahyu di gua hira tanpa upaya yang keras? tanpa usaha yang tekun? Tanpa kerja keras untuk belajar disiplin spiritual?
Muhammad adalah seorang pedagang yang sukses. Beliau sangat pintar dalam berdagang. Karena kepandaian dan kejujuran beliau maka beliau dikenal sebagai pedagang sukses.
Dalam berdagang kain, minyak wangi, karpet, beliau dan rombongan sering melintasi ‘jalur sutera’ untuk mengambil dagangan yang kemudian di jual di tanah kelahirannya.
Karena terpaan pengalaman dalam perjalanan yang selalu ditemani oleh paman beliau yang bernama Hamzah, yang juga sebagai guru spiritual beliau. (kalau anda setuju dengan ini)
Hamzah-lah yang mengenalkan Muhammad dengan tradisi agama Ibrahim, yaitu agama tauhid yang menyembah satu Tuhan. Komunitas Hamzah inilah yang dikenal dengan kaum Hanif, yang masih meneruskan tradisi Ibrahim ditengah kaum penyembah berhala di Mekah.
Komunitas ini selalu meluangkan waktu untuk bertahanuts, untuk bermeditasi, untuk berdiam diri mengundurkan diri dari keramaian masyarakat di gua hira.
Semakin bertambah umur, Muhammad semakin serius menapaki jalan spiritual dan semakin mantap untuk mengundurkan diri dari dunia bisnis. Beliau semakin banyak bermeditasi di gua hira dan menghindari hiruk pikuk sekitar untuk semakin mendalami spiritualitas dan kebenaran.
Upaya beliau sangat keras, usaha beliau sangat sungguh-sungguh untuk menemukan kebenaran dan mendalami spiritualitas.

Bagi orang seperti Muhammad, yang dibutuhkan bukanlah teori yang dapat dibaca dari banyak buku. Bukan pula perdebatan yang sering dilakukan oleh petinggi agama pada jaman itu. Bukan pula rasa egois yang menganggap bahwa dirinya yang paling benar dan menyalahkan orang lain.
Beliau ingin mengalami sendiri spritualitas itu. Beliau ingin mengalami sendiri apa yang dinamakan kebenaran. Beliau ingin mengalami Tuhan!
Dan terjadilah hal tersebut!
Dengan pengalaman Muhammad, beliau tidak perlu perdebatan, tidak perlu pemaksaan sebuah kebenaran. Siapa yang melihat Muhammad akan tertular getaran Tuhan tersebut.
Beliau menjadikan dirinya sebagai sebuah contoh nyata bagi orang yang ingin mengalami sebuah kebenaran.

Dalam waktu itu, setiap orang diberikan kesempatan yang sama untuk mendengarkan wahyu. Bahkan sampai sekarang. Allah telah berfirman dan menyebar ke seluruh alam raya ini.
Tidak ada monopoli tentang siapa yang harus menerima wahyu ini. Seperti juga tidak ada monopoli tentang siapa yang berhak untuk memberikan tafsir sebuah ayat, walaupun itu orang yang kita kenal bukan beragama legalitas islam.
Mengapa tidak ada monopoli?
Apabila yang dikatakan tentang penafsiran tentang sebuah ayat tidak menyebabkan perpecahan, permusuhan, peperangan, tidak menyebabkan perselisihan, apakah hal tesebut ada yang salah?
Ataukah ini hanya monopoli dari para ustadz saja?

Allah tidak memilih seseorang untuk menjadi nabi. Allah membuka kesempatan yang sama! Setelah kesempatan dibuka untuk semua umat manusia, maka manusia itu sendirilah yang memilih pilihannya sendiri.
Apakah siap dengan tugas tersebut?
Manusia menetapkan pilihannya dengan upaya kerasnya, dengan disiplin spiritualnya untuk mengambil kesempatan yang diberikan Allah.
“Yang menjadikan seseorang sebagai orang pilihan adalah karena dia berani menetapkan pilihan bagi dirinya sendiri.”

Apakah orang seperti itu adalah orang istimewa?
Tidak!
Setiap orang dapat melakukan hal tersebut dan menjadi orang pilihan, tergantung upaya dan disiplin spiritualnya.
Orang itu akan menjadi istimewa ketika dia dapat mengalahkan rintangan spiritualnya dan mengekang hawa nafsunya untuk itu. Jadi istimewa bukanlah sebagai predikat namun pemaknaan dari sebuah proses.
Apakah nabi adalah manusia sempurna?
Ketika nabi yang seorang manusia telah menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan fisiknya, itulah kesempurnaan.
Manusia sempurna adalah manusia yang telah siap untuk kembali ke asalnya dengan meniggalkan keterikatan fisiknya.

Kita semua punya potensi untuk menuju kesempurnaan, punya potensi menjadi manusia pilihan dan punya potensi untuk menapaki tahap jiwa yang istimewa.
Semua tergantung upaya kita dalam disiplin spiritual yang tentunya tidak hanya legal-formal saja.
Apakah anda atau saya berani menerima tawaran ini?
Ataukah kita hanya puas berhenti pada tahap pemuasan intelek dengan kepuasan dari buku-buku yang kita baca?
Atau lebih tololnya lagi, apakah kita hanya puas dengan berdebat dengan orang lain karena pemahaman yang kita anggap benar sendiri?

Beranikah kita menjadi seorang Muhammad? Berdiam diri di gua ‘hati’ dan mengalami sendiri tentang kebenaran tersebut?
Siapa tahu kebenaran itu tidak sama, atau bahkan sama sekali tidak sama dengan teori yang kita pelajari selama ini !
Siapa tahu kebenaran itu tidak sama seperti apa yang kita ototkan dengan urat selama ini?

Atau mungkin saja kita akan mendengar suara Allah seperti ini: “Heh,,,, mengapa serius sih? Inikan hanya permainan yang Aku gelar untuk meramaikan panggung dunia saja.”
“Lalu kebenaran itu seperti apa ya Allah?”
Hening. Tidak ada jawaban dari Allah…. Yang ada hanyalah kegelapan yang tetap menjadi misteri. Ya, Allah-pun diam ketika manusia bertanya tentang kebenaran, karena Allah sendiri menghindari perdebatan…..!

Tidak ada Nabi di dunia ini, dan jika ada
Maka sesungguhnya ia tiada.
Ia ada menurut kelangsungan esensinya, tetapi
Sifat-sifatnya padam dalam sifat-sifat Tuhan.
Ibarat cahaya lilin, ketika hadir mentari
Nyatanya ia tak ada, meskipun menurut
Hitungan angka ia ada.
Esensi api itu ada, sejauh seolah-olah engkau
Menaruh kapas di atasnya, kapas itu akan dilahapnya.
Tapi pada hakekatnya ia tiada, ia tidak memberi
Cahaya apapun karena matahari telah
Memudarkannya.
Ketika singa datang, kijang tak sadarkan diri,
Wujudnya hanyalah tirai baginya.

-(Jalaluddin Rumi)-

Salam
Agung webe

1 comment:

nur-eqaim said...

tidak dipungkiri oleh akal ataupun sejarah...bila kelahiran seorang nabi selalu dibarengi dengan tragedi alam yang maha dahsyat, walau hanya tergetarnya hati setiap munafikin dan kafirin...
nabi merupakan insan yang telah ditetapkan tuhan bahkan diawal penciptaan mahluk,bahkan sebelum diciptakan-Nya langit ataupun bumi..
mereka mendapati tuhannya bukan melalui kemampuan akal mereka,tapi dari diciptakannya mereka,mereka telah bertauhid dan menjadi nabi,dan pengajar mereka sendiri adalah zat Ilahi rabbi,jadi bukan melalui perjalanan akal mereka dalam memandang alam dan dirinya terhadap adanya sang pengada maupun sang pencipta...yakni harus ada yang mencipta dan Esa...