Friday, April 20, 2007

PETUNJUK

PETUNJUK



Al-Quran dan Hadis adalah peta untuk menuju kepada Jalan yang lurus. Jalan yang lurus adalah jalan yang membawa kita kepada Allah. Kita berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Karena kita akan kembali ke Allah, maka kita perlu peta untuk memandu perjalanan kita. Sebuah perjalanan tanpa peta, dimana kita belum pernah berjalan di sana, kita akan kebingungan dan bisa tersesat. Namun sebuah peta tidak akan membawa kita ke tujuan kalau kita hanya memandangi peta itu, membaca peta itu, mengagungkan peta itu, tanpa kita beranjak dan berjalan mengikuti arah-arah dalam peta tersebut.
Demikian juga dengan Quran. Quran sebagai peta untuk memandu kita kembali kepada Allah tidak akan berarti kalau kita tidak pernah mengawali untuk berjalan! Kita tidak pernah berjalan karena kita hanya sibuk menghafal dalil-dalil sebagai bahan perdebatan, sebagai bahan pembenaran dari pendapat kita, kita hanya menjadikannya sebagai sebuah buku untuk memuaskan intelek kita. Juga menghafalkannya supaya tulisan kita atau omongan kita bisa dianggap berbobot dengan kutipan dalil-dalil tersebut. Sepanjang hidup kita lupa berjalan, kita lupa beranjak, karena asyik mengutak-atik dalil untuk berdebat!
Kalau hanya dengan membeo, menghafal dan mengutip ayat kita sudah bisa mendapatkan petunjuk jalan yang lurus, apa gunanya kita selalu disuruh untuk senantiasa berdoa supaya ditunjuki jalan yang lurus?
Contoh:
Kita mendapatkan peta dari Jakarta menuju ke Yogya lewat jalan darat. Dan kita bertujuan untuk bisa sampai ke Yogya. Apakah hanya dengan memegang peta itu dan melihatnya, bahkan mengahafal jalan-jalan yang ada kita akan bisa sampai ke Yogya? Tentunya tidak bukan? Kita harus mulai untuk berjalan. Mempersiapkan mobil, membawa bekal secukupnya, dan tentunya kemampuan kita membaca jalan-jalan yang di peta dan melihatnya di jalan yang sebenarnya.
Tidak tertutup kemungkinan kita akan menemui banyak perempatan yang membingungkan. Di sana kita harus bertanya kepada orang yang tahu jalan untuk menunjukkan jalan ke Yogya. Baru setelah kita memulai perjalan itu, kita akan sampai ke Yogya. Itu juga tergantung diri pribadi orang yang berjalan. Ada yang menempuhnya hanya 8 jam. Ada yang 12 jam. Bahkan ada yang 3 hari, karena bermalam di Semarang dan Purwokerto. Ada yang suka mampir untuk jajan, ada yang suka mampir di tempat wisata. Bahkan ada yang memutuskan untuk tidak meneruskan ke Yogya karena mendapatkan isteri di Cirebon. Godaan dan iming-iming selama perjalanan itulah yang menyebabkan kita lupa bahwa tujuan utama kita adalah ke Yogya.
Sesekali waktu ada orang yang karena melihat peta kita, dia memperingatkan kita untuk melanjutkan perjalanan ke Yogya, namun karena terjebak dengan kepuasan di jalan (masih menikmati makanan, tempat wisata, isteri di suatu kota) kita bahkan memarahi orang tersebut, mengatakan tidak sependapat, tidak seiman, keluar syariat, tidak setujuan dan seringkali malah mengatakan ‘gila’.

Demikianlah sebuah peta, kita tidak akan pernah sampai di tujuan peta kalau hanya berdiam diri dan tidak pernah beranjak.
Petunjuk untuk memahami peta itu adalah langkah kita untuk menelaah Quran-Hadis dan kesediaan kita membuka pintu hati. Namun walaupun petunjuk itu telah datang, kita tetap saja harus berjalan. Kita tidak akan pernah sampai kalau hanya men-dokumenterkan petunjuk yang kita dapat.
Kemudian Allah akan memberikan petunjuk itu sesuai tingkat kesadaran manusia-kita saat itu.
1. Petunjuk INSTINGTIF/NALURI
Naluri adalah kemampuan berbuat sesuatu tanpa belajar. Petunjuk ini ada dalam tingkat paling awal, yaitu dalam kesadaran hewan dan manusia primitif. Jika mengacu pada surat Al-Nahl (16):68, Insting ini adalah salah satu jenis wahyu, yaitu petunjuk dari Allah.
Contoh: - anak burung tidak perlu belajar terbang.
- anak tidak perlu belajar menyusui.
- Anak itik tidak perlu belajar berenang.
2. Petunjuk dari hasil belajar dan berlatih.
Petunjuk yang didapatkan dengan kegiatan, mencari dan mengkaji.
3. Petunjuk INTUITIF
Intuisi didapat dengan memberdayakan dan membersihkan Qolbu serta melatih Fuad sehingga bisa melihat dan membaca segala yang tersurat dan tak tertangkap oleh indra.
4. Petunjuk LUBBIYAH.
Ini adalah petunjuk yang lebih tinggi, lebih dari Intuitif. Lubbiyah merupakan paduan dari Rasio dan Intuisi. Quran menerangkan orang-orang yang masuk dalam tahap Lubbiyah ini disebut ‘Ulil Albab’. Mereka diberi kemampuan memahami ayat-ayat Allah baik tersurat maupun tersirat. Mampu memahami ayat-ayat mutasyabihat.
5. petunjuk LANGSUNG
Yaitu yang diberikan kepada Nabi dan Rosul. Para nabi dan rosul tidak perlu belajar untuk menyampaikan ajarannya. Ajaran itu langsung masuk dalam fuad mereka.


Sudahkah kita berjalan? Ataukah kita masih berdiam diri memandangi peta dan sibuk menghafalkan tanpa memulai untuk beranjak?

agung webe

No comments: