Friday, April 20, 2007

TUJUAN

TUJUAN




Dari seorang guru yang sangat saya kagumi, Jalaluddin Rumi dalam kitabnya, Fihi Ma Fihi.
Rumi menuliskan,
Akar materi adalah tujuan yang diharapkan, sedangkan kata-kata, konsep hanyalah cabang dari tujuan itu. Jika ia belum diarahkan untuk tujuan itu, seseorang tidak akan menangkap akar dari tujuan.
Jika tujuan sejati kita tetap terlihat, kemenduaan atau dualitas menghilang. Dualitas menunjukkan cabang-cabang, tetapi akar tetap satu. Sama juga dengan syekh-syekh Sufi yang ada, meskipun penampilan mereka telah menunjukkan beragam gaya mengajar dan berbeda dalam pendirian sosial, bahkan berbeda dalam tindakan dan ucapan, tetapi dari titik pandang tujuan dan keimanan, mereka semua memiliki satu tujuan, yakni pencarian Allah dan cintanya.
Ambil contoh ; angin.
Ketika angin berhembus menembus sebuah rumah, ia menggerakkan karpet yang ada, menyapu daun yang berserakan, mengangkat kertas-kertas, menyibakkan rambut, menjatuhkan gantungan foto, menggerakkan kain penutup jendela. Semua kondisi itu tampak khas dan berbeda-beda. Kita bisa melihat sebagai perbedaan dalam taraf kulit luar syariat. Namun dari titik pandang objek, akar dan realitas, mereka adalah satu hal- yaitu gerakan angin!
Jika kamu temukan kesalahan dalam diri saudaramu, kesalahan yang kamu lihat dalam diri mereka ada dalam dirimu. Sufi sejati seperti sebuah cermin di mana kamu melihat bayanganmu sendiri. Karena itu, orang beriman adalah sebuah cermin bagi kawan-kawan beriman mereka. Hapuslah kesalahan-kesalahan itu dalam dirimu, karena apa yang mengganggu dalam diri mereka mengganggumu dalam dirimu sendiri.
Seekor gajah dibimbing menuju sebuah sumur untuk minum. Ketika melihat bayangannya sendiri dalam sumur, ia jadi menjauhkan diri. Ia berpikir bahwa ia sedang menjauhkan diri dari seekor gajah lain. Padahal, ia sesungguhnya menghindari diri sendiri. itulah sifat-sifat setan yang juga seperti koreng dan bisul. Ketika sifat-sifat itu ada dalam diri kita, mereka tidak menyebabkan rasa sakit dan menjijikkan. Tetapi ketika kita melihatnya pada orang lain, bahkan pada tingkatan kecil, maka kita merasa sakit dan jijik.
Di haribaan Allah, tidak akan ada dua aku. Kamu tidak mampu mengenal ke-akuanmu sendiri dan keakuan Allah. Jadi, matilah di depan Allah. Kamu harus mati di depan Allah agar Allah dapat mengungkapkan keakuan-Nya kepadamu, dan dualitas itu akan menghilang.
----------------------------------------------------------------------
Demikian, Rumi memberikan nasehat kepada kita tentang tujuan. Sebuah tujuan yang sama, bisa dipahami dengan cara berbeda karena tingkat pemahaman dan pengaruh-pengaruh kebudayaan, keterkondisian, pola pikir dan pendidikan. Namun itu bukanlah sebuah perbedaan yang mendasar. Karena esensi, akar dan realitas sebuah tujuan tidak akan berubah dan tidak akan pernah beda. Akar itu adalah Allah dan cinta sebagai realitasnya yang tak pernah pudar!

AGUNG WEBE

No comments: