Friday, April 20, 2007

KABAH

KA’BAH





Apakah orang Islam menyembah Kabah?
Apakah orang Islam mentuhankan batu hitam Hajr Aswad?
Mengapa Sholat mesti menghadap Kabah?
Mengapa Haji mesti mengunjungi Kabah dan mengitarinya kemudian mencium Hajr Aswad?

Untuk membahas itu semua kita harus tau bahwa dalam kehidupan ini ada yang kita namakan SIMBOL.
Pertama kali mari kita lihat lagi arti dan makna dari kata ‘simbol’
Mengapa manusia memerlukan symbol dalam agama?
Manusia adalah makhluk materi yang mempunyai badan untuk ber-eksisten di dunia ini. . Karena manusia adalah makhluk materi yang juga mempunyai roh dalam badannya, maka sang roh itu selalu merindukan kepada roh suci, roh murni. Kerinduan terhadap sesuatu yang bersifat abstrak yang tidak dapat dilihat oleh mata fisiknya.
Semua manusia merindukan terhadap kekuatan yang maha tinggi, sesuatu yang maha besar, yang abstrak dan tidak terlihat. Dan hanya dapat dirasakan oleh rasanya melalui kerinduan dan cinta yang dalam.
Melalui perjalanan sejarah perkembangan pengetahuan manusia, berkembang pula pemahaman tentang kerinduan kepada yang abstrak ini. Kita bisa melihat sejarah. Karena pengetahuannya yang terbatas maka kerinduan terhadap kekuatan yang maha besar di terjemahkan oleh manusia awal kepada Pohon-pohon besar, batu besar atau gunung besar. Mereka menganggap bahwa benda-benda mewakili sebuah kekuatan yang tidak dapat mereka lihat.
Sejarah kemudian berkembang. Manusia kemudian beralih kepada Api, matahari atau bulan. Itu mereka anggap lebih mempunyai kekuatan dibanding benda-benda pada awalnya.
Kemudian berkembang lagi pengetahuan manusia yang lebih menyadari bahwa kekuatan yang maha besar itu bukan itu semua. Ada sesuatu yang tidak terlihat di alam dunia ini. Mereka kemudian menciptakan ide para dewa, para penguasa langit dan birokrasi langit untuk mengekspresikan kerinduan terhadap yang abstrak itu.
Setelah pengetahuan berkembang semakin maju, manusia dapat memahami bahwa kekuatan yang maha besar itu memang tidak dapat disamakan oleh apapun yang dapat terlihat di dunia ini. Ini adalah jaman Ibrahim.
Pada tradisi agama timur tengah, Yahudi, Nasrani dan Islam, Ibrahim dikenal sebagai bapak para nabi. Mengapa? Karena Ibrahim adalah awal dari pemahaman dan penyaksian keesaan Tuhan. Dari sinilah perkembangan pemahaman Tuhan yang lebih mendalam dimulai. Ada yang berdebat masalah sejarah Ibrahim. Yang satu bilang bahwa dari tradisi agamanyalah yang benar sejarah itu, yang lain juga demikian.
Kita harus ingat bahwa masing-masing agama mempunyai latar belakang historis dan kebudayaan yang berbeda. Bisa jadi cerita juga berbeda. Namun ada esensi yang sama yang penting sebagai pelajaran bagi manusia-manusia selanjutnya, yaitu Keesaan Tuhan.
Bagi orang-orang dengan kualitas seperti Ibrahim, dimana dia memahami Tuhan dengan sebenar-benarnya, dia tidak memerlukan symbol. Dia dapat dengan mudah berinteraksi dengan Tuhan. Bahkan ketika ada perintah untuk menyembelih anaknya, dia melaksanakan perintah itu dengan ketulusan karena pemahaman Tuhan yang benar. Dan cerita penyembelihan anak oleh Ibrahim yang nyata bagi dirinya adalah sebuah pesan bagi manusia-manusia selanjutnya. Bukan berarti kita juga harus meniru 100% untuk menyembelih anak, tetapi makna dari peristiwa Ibrahim itu yang harus kita pahami.
Dengan kondisi kepasrahan dan kelembutan seorang Ibrahim dan karena Ibrahim orang yang selalu dekat dengan Tuhan, maka dirinya diliputi oleh kasih-sayang. Orang yang telah lembut penuh kasih sayang seperti itu memancarkan getaran atau vibrasi cinta kasih yang dapat mempengaruhi sekelilingnya. Apa yang diperbuat atau dibuatnya akan ter-aliri energi cinta kasih itu.
Ibrahim memahami bahwa manusia-manusia nantinya untuk berhubungan dengan kekuatan yang maha tinggi memerlukan ‘alat bantu’, yaitu symbol. Tentunya bagi orang sekualitas Ibrahim symbol itu tidak perlu lagi, bahkan mereka dapat menciptakan symbol itu sendiri.
Kemudian untuk itu, sebagai tempat mengingat Tuhan, sebagai tempat berefleksi kepada kekuatan yang maha tinggi, Ibrahim membangun Kabah.
Oleh karena Ibrahim adalah orang dengan vibrasi atau getaran cinta kasih yang tinggi, maka vibrasi itu mengalir pula di bangunan Kabah yang dibangun oleh Ibrahim, karena sentuhan lembut Ibrahim.
(Vibrasi atau getaran kelembutan cinta kasih itu tidak akan hilang karena hukum kekekalan energi. Ini berlaku pula kepada setiap bangunan yang dibangun, atau benda yang disentuh oleh orang-orang sekualitas Ibrahim.)
Kabah memancarkan vibrasi cinta kasih yang dipondasikan oleh Ibrahim. Apalagi tempat itu kemudian digunakan oleh orang untuk berdoa kepada Tuhan, energi yang tertimbun semakin besar.
Ibrahim memahami hal ini, walaupun dia bukan dikenal sebagai ahli fisika. Tetapi saya yakin karena kualitas jiwanya, dia memahami hukum-hukum fisika yang kemudian baru dapat dijelaskan dalam fisika modern.
Kabah, sebuah symbol yang diciptakan oleh Ibrahim dengan maksud untuk membangun sebuah pusat energi cinta kasih di kemudian jaman, maka Ibrahim menanamkan sebuah pesan untuk selalu berdoa di kabah. Pesan ini kemudian diikuti oleh orang-orang sejamannya, oleh orang-orang dalam kebudayaannya.
Namun karena perkembangan jaman dan pengaruh dari kebudayaan setempat yang kental, maka tradisi berdoa di sekitar kabah bergeser jauh sampai pada jaman Muhammad. Orang-orang kemudian tidak memahami keesaan Tuhan dan bahkan menaruh banyak patung-patung di kabah. Mereka masih tertarik untuk berdoa di kabah walaupun mempercayai patung-patung karena vibrasi kedamaian yang terpancar dari kabah itu. Mereka mengira bahwa kedamaian dan rasa nyaman yang mereka dapatkan itu adalah dari patung-patung yang ada, padahal dari pengaruh vibrasi kabah yang menyentuh mereka.
Muhammad kemudian mengembalikan tujuan semula orang berdoa di kabah, mengembalikan esensi pemahaman tentang keesaan Tuhan. Jadi benar bahwa yang di bawa nabi Muhammad itu bukan sesuatu yang baru, sama sekali benar! Nabi Muhammad hanya meneruskan pesan-pesan tentang keesaan Tuhan yang telah pula berkali-kali disampaikan oleh nabi-nabi sebelumnya dan selalu di geser pemahamannya oleh orang-orang yang punya kepentingan pribadi pada masa kekuasaannya.
Nabi Muhammad hanya menyesuaikan ajaran itu sesuai dengan budaya setempat supaya dapat dengan mudah dipahami esensi dari ajaran kemuliaan tersebut. Nabi melakukan ‘akulturasi’
Kemudian berdoa bagi orang-orang pengikut Muhammad-pun ditujukan dengan arah kabah sebagai kiblat atau tanda. Hal tersebut adalah untuk menambah vibrasi cinta kasih yang telah dibangun oleh nabi Ibrahim ini.
Apabila ada berjuta orang berdoa atau bertafakur atau sedang berkonsentrasi kepada tuhan dan tertuju ke satu tempat, tempat itu akan menjadi poros energi cinta-kasih dunia. (ini adalah hukum energi yang berlaku di alam semesta, bahwa energi yang dikonsentrasikan ke sebuah tempat, tempat tersebut akan penuh dengan kumpulan energi)
Mungkin hal inilah yang tidak dibeberkan oleh Muhammad, tapi saya yakin bahwa Muhammad-pun memahami fenomena energi ini seperti halnya Ibrahim. Para nabi adalah juga para visioner, mereka juga para scientist alam semesta.

Seseorang yang berada dekat dengan kabah, akan terkontaminasi energi yang ada. Hal inilah yang membantu terjadinya loncatan kesadaran, loncatan quantum dalam pikiran manusia. Mereka akan merasakan keheningan, kedamaian, ketenangan dan merasa dekat dengan tuhan. Merasa dekat dengan tuhan bukan berarti tuhan hanya ada di kabah!
Mereka merasakan seperti itu, merasakan tuhan yang sebenarnya dekat sekali dalam dirinya sendiri yang sebelumnya tidak mereka rasakan, karena terbantu oleh alat Bantu yang dibangun Ibrahim dan diteruskan oleh Muhammad ini.

Lalu mengapa ada hajr aswad?
Jaman dahulu, sebelum orang tahu tentang batu meteor, batu yang jatuh dari langit dianggap batu dari surga. Batu kiriman tuhan dari langit sana.
Batu hajr aswad adalah batu meteorit yang memancarkan vibrasi radioaktif positif yang berguna bagi pikiran manusia.
Peletakan batu itu disana oleh nabi bukan tanpa sebab dan bukan tanpa rencana.
Kabah yang memang dibangun sebagai alat Bantu peningkatan kesadaran manusia, akan lebih memancarkan vibrasi dan pengaruhnya dengan adanya vibrasi dari batu hajr aswad. Perintah untuk mencium batu tersebut juga penuh dengan makna tersirat. Dimana orang yang dekat sekali dengan batu bervibrasi tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap sel-sel pikiran yang dapat juga mengakibatkan loncatan kesadaran dalam diri manusia.

Sehingga, orang yang sudah bersentuhan dengan kabah dan hajr aswad, dia akan menjadi manusia dengan kesadaran yang meningkat. Dia akan lebih merasakan kehadiran tuhan dalam hidupnya.
Sekembalinya dia dari kabah, kesadaran itu akan terus dibawanya dalam hidup sehari-hari.

Allah berada di mana-mana, disetiap sudut alam raya. Rumah Allah juga ada di setiap lekuk alam ini. Jadi pergi ke kabah bukan pegi ke satu-satunya rumah Allah. Pemaknaan kalimat “Labaik Allahuma Labaik….” Aku memenuhi panggilanMu ya Allah… juga harus dimaknai lebih dalam dan benar-benar bermakna.
Apakah panggilan Allah hanya pergi ke kabah?
Bukankah setiap kegiatan dan tindak tanduk kita adalah panggilan Allah?
Bukankah setiap gerak kita itu adalah panggilan Allah?

Labaik Allahuma labaik adalah sebuah komitmen.
Kalimat itu bukan kalimat jawaban, namum kalimat penegasan! Penegasan untuk diri sendiri bahwa sekarang seorang manusia telah bersedia untuk menyadari kehadiran Allah dalam hidupnya. Dan dia berupaya dengan cara mendekati alat Bantu kabah tersebut.

Setelah penyadaran itu semua, setelah terjadi loncatan kesadaran dalam dirinya akan kehadiran Allah, maka dia siap mengorkankan egonya. Symbol penyembelihan hewan qurban setelah selesainya haji.

Sekarang seorang manusia yang telah berdekatan dengan alat Bantu untuk meningkatkan kesadarannya dan juga telah bersedia mengorbankan egonya, sekembalinya dari kabah, dia akan menjadi manusia yang baru! Manusia yang benar-benar bersyahadat!

Keberhasilan seorang manusia untuk meningkatkan kesadarannya akan Tuhan, tergantung dengan kesungguhan dan upaya yang dilakukan untuk itu. Termasuk pegi ke kabah, menuntut sebuah pemahaman yang tepat berkaitan dengan cara-cara yang penuh dengan bahasa simbolistik tersebut. Upaya kita untuk memahami hal tersebut adalah upaya kita dalam berusaha meningkatkan kesadaran akan Tuhan dalam diri kita.

Saya akan tegas mengatakan bahwa kita harus berani untuk meruntuhkan dogma2 yang tidak membantu terjadinya peningkatan kesadaran diri. Kalau ada yang alergi dengan bahasa peningkatan kesadaran, ya sinonimnya adalah peningkatan keimanan diri.
Pergi ke kabah bukan memenuhi panggilan Allah!
Mencium hajr aswad bukan karena pahala!
Apabila kita menggunakan tools yang telah direncanakan oleh Ibrahim dan disempurnakan oleh Muhammad ini, maka vibrasi cinta kasih yang ada akan tertular pada iman kita. Loncatan quantum pikiran akan menguatkan iman kita akan kehadiran Allah di mana-mana.

Jadi, apabila anda pergi ke kabah dengan kesadaran untuk mendekati alat Bantu yang dapat membantu terjadinya peningkatan kualiatas iman, dan penyadaran akan kehadiran tuhan, apakah anda masih akan mau pergi ke sana dengan mengeluarkan uang yang begitu besar?
Apakah anda hanya mau kesana dengan mengeluarkan uang yang begitu besar bila alasan satu-satunya adalah ‘panggilan Allah?’

Bila kesadaran anda mendekati hajr aswad dengan bedesak-desakan dan sangat sulit itu adalah untuk mencapai terjadinya tertularnya vibrasi positif dan juga loncatan kesadaran pikiran, apakah anda masih mau melakukannya?
Ataukah anda hanya mau mendekati hajr aswad karena alasan mendapat pahala yang begitu banyak?

Salam
Agung webe

No comments: